Eksplorasi Goa Mandala & Benteng Madang [Menelusuri Jejak Pra-Sejarah & Perang Banjar]


Halo guys, ketemu lagi di postingan blog gua. Untuk di postinga blog kali ini gua hanya akan sedikit berbagi pengalaman PKL (Pra Kerja Lapangan) gua menelusuri dua situs sejarah yang ada di Kandangan, Kalimantan Selatan. Apa saja itu? 
Oke, daripada lama-lama yuk, kalian simak saja postingan blog gua di bawah ini:

Goa Mandala

Untuk penelusuran yang pertama, gua bersama teman-teman yang lain menelusuri Goa Mandala. Goa Mandala adalah salah satu situs yang berada di Kalimantan Selatan dan diperkirakan sudah ada pada masa neolitikum. Goa Mandala diduga memiliki jejak-jejak peninggalan manusia purba. Situs ini terletak di Kecamatan Telaga Langsat, Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Goa ini terbagi menjadi dua bagian. Untuk mencapai situs Goa Mandala bagian pertama, harus melalui tanjakan yang lumayan curam.

Goa pertama memiliki ukuran yang terbilang kecil dan di bagian dalam Goa ini sepertinya tidak digunakan sebagai tempat tinggal oleh manusia pra-aksara. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya jejak berupa lukisan-lukisan di dinding Goa dan sisa-sisa artefak ataupun fosil yang digunakan manusia pra-aksara untuk menunjang kehidupan mereka.


Karena letaknya yang berdekatan dengan permukiman warga, Goa Mandala akhirnya rusak dengan adanya kegiatan vandalisme yang dilakukan oleh para oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Ada banyak sekali coretan-coretan di dinding bagian goa yang pertama. 

Dengan banyaknya coretan ini membuktikan Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga situs-situs purbakala di Indonesia. Pemerintah seharusnya memberikan perhatian khusus pada situs-situs purba kala seperti Goa Mandala ini. 

Tidak jauh dari lokasi Goa yang pertama terdapat juga Goa bagian kedua. Untuk mencapai area Goa bagian kedua ini, kami harus melakukan perjalanan agak jauh dari lokasi Goa pertama. Setelah melakukan perjalanan, akan ada jalur menanjak yang sangat curam untuk sampai ke Goa yang kedua. Selain itu, tanah yang licin juga membuat perjalanan semakin sulit untuk dilakukan.

Untuk ukuran dari Goa yang kedua ini jauh lebih besar dari Goa yang pertama. Panjang dari jalur Goa yang kedua ini tergolong cukup pendek, namun jika dibandingkan dengan Goa yang pertama tentunya jalurnya jauh lebih panjang. 

Untuk jenis batuan dari kedua Goa ini memiliki jenis batuan karst. Namun, tidak hanya di dalam Goa saja, di sepanjang jalanan sekitar desa juga terdapat banyak batuan karst berukuran besar.


Di Goa bagian kedua ini sepertinya sudah dilakukan kegiatan penelitian oleh para ahli, hal ini ditandai dengan adanya lubang-lubang bekas galian untuk mencari jejak-jejak berupa artefak ataupun fosil peninggalan manusia pra-aksara. Lubang-lubang yang ada di dalam Goa yang kedua ini juga memiliki kedalaman dan diameter yang besar.

Di sekitar area Goa, tidak terdapat aliran sungai sebagai sumber air untuk menunjang kehidupan dari manusia pra-aksara. Dengan tidak adanya sungai sebagai sumber mata air, maka dapat ditarik kesimpulan Goa Mandala hanya dijadikan sebagai tempat tinggal sementara. Di dalam Goa Mandala yang kedua terdapat beberapa bilik-bilik.

Selain menjadi tempat tinggal bagi manusia pra-aksara, pada zaman kolonial Belanda Goa Mandala juga dijadikan sebagai tempat persembunyian bagi para pejuang Indonesia saat terjadinya perang Banjar.

Benteng Gunung Madang

Di penelusuran yang kedua kami semua menelusri sebuah benteng yang menjadi saksi biksu pertempuran pasukan rakyat Kalimantan Selatan dengan Pasukan Belanda. Apa itu? Ya, Benteng Madang. Benteng Madang adalah salah satu saksi dari perjuangan rakyat Kalimantan Selatan untuk mempertahankan negeri ini gempuran pasukan Belanda. Benteng Madang terletak di desa Madang, Kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 

Benteng Madang ini awalnya terbuat dari kayu unik yang hanya terdapat di Desa Madang dan tidak terdapat di desa-desa sekitar lainnya. Seperti namanya kayu yang membuat Benteng Madang adalah kayu yang dinamakan kayu madang. Pada awalnya tampilan dari Benteng Madang tidak sama seperti Benteng yang berdiri sekarang.


Berdasarkan informasi yang didapatkan dari monumen yang ada di Benteng Madang. Benteng ini merupakan bentuk dari kerja sama dan pertahanan yang dijalin oleh Pangeran Antasari, Pangeran Hidayat, dan Demang Lehman. Kemudian Temanggung Antaludin mendirikan sebuah benteng di Bukit Madang pada bulan Agustus 1860. 

Berdasarkan dari pengamatan yang ada di lapangan, penempatan lokasi Benteng Madang ini sangat strategis, karena dari atas Bukit Madang dapat terlihat semua keseluruhan lokasi sekitat Gunung Madang. Dengan posisinya yang strategis ini, pergerakan dari pasukan Belanda akan mudah untuk dipantau dari atas bukit. Sehingga memudahkan para pejuang untuk mengatur strategi melawan pasukan Belanda. 

Terjadi pertempuran antara para pejuang dan pasukan Belanda pada tanggal 3 September 1860 di sekitar Benteng Madang. Lalu terjadi pertempuran susulan terjadi pada tanggal 4,13, dan 15 September 1860. Laskar Temenggung Antaludin berhasil memukul mundur kekuasaan pasukan Belanda.


Selain memiliki pertahanan dan posisinya yang strategis, kabarnya Benteng Madang juga dilindungi dengan hal-hal yang berbau mistis, menurut ceritanya Benteng Madang ini kadang-kadang bisa tidak terlihat oleh mata yang membuat pasukan Belanda sulit untuk melacak keberadaan Benteng Madang.

Lalu ditanggal 18 September 1860, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Velde Shuack kembali menggempur Benteng Madang. Pertempuran tanggal 18 September ini menewaskan De Koch dari pihak Belanda dan dari Laskar Antaludin menewaskan Kiyai Cokrowati. 

Di tanggal 22 September 1860 menjadi pertempuran terakhir yang terjadi di Benteng Madang. Dalam pertempuran ini terjadi kejar mengejar antara pasukan Belanda dan Laskar Tumenggung Antaludin, pengejaran ini terjadi sampai ke Gunung Pengajaran. 

Dengan strategi menyerang sambil mundur, Benteng Madang pun dikosongkan dan dengan perintah dari Demang Lehman dan  Tumenggung Antaludin bersama semua laskar pergi ke kaki Gunung Meratus dan meneruskan perjuangan di sana.

Benteng Madang kemudian dihancurkan oleh pasukan Belanda atau sudah rusak termakan oleh usia, lalu untuk mengenang pertempuran yang ada di Benteng Madang pemerintah kemudian membuat sebuah situs cagar budaya di Gunung Madang, situs tersebut dibuat dari semen berbentuk tabung dengan pola-pola kayu untuk menggambarkan kayu Madang. Di atas situs ini kita dapat melihat bentang alam desa Madang yang dulu digunakan untuk mengintai pasukan Belanda.

Untuk mempermudah para pengunjung sampai di Benteng Madang, pemerintah juga membuat 418 anak tangga. Awalnya ketinggian Gunung Madang lebih tinggi dari gunung yang sekarang, karena terjadi erosi membuat ketinggian dari gunung Madang menjadi menyusut. 

Situs Benteng Madang dijadikan peninggalan sejarah yang dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia nomor II tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Nah, itu dia pengalaman gua saat mengeksplore Goa Mandala dan Benteng Madang yang menyimpan banyak kisah-kisah sejarah di dalamnya. Jika, suatu saat kalian berkunjung ke Kandangan, Kalimantan Selatan, sertakan dua tempat bersejarah ini di daftar destinasi wisata kalian. Selain menikmati pemandangan alam kalian juga bisa mendapat ilmubsejarah dari sana.
Oke, mungkin itu saja yang bisa gua sharing tentang Goa Mandala dan Benteng Madang. Kita ketemu di postingan blog gua selanjutnya. SEE YOU NEXT TIME!


Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Eksplorasi Goa Mandala & Benteng Madang [Menelusuri Jejak Pra-Sejarah & Perang Banjar]"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel