Menelusuri Kebudayaan Sungai Milik Urang Banjar

Kebudayaan Sungai 

Banjarmasin merupakan ibukota dari Provinsi Kalimantan Selatan, yang terkenal dengan julukannya yaitu kota seribu sungai. Tentunya pemberian julukan ini tidak terlepas dari banyaknya keberadaan sungai yang menjadi pusat aktivitas dari orang-orang Banjar itu sendiri. 

Untuk kebudayaan dari masyarakatnya sendiri merupakan gabungan dari suku Dayak dan para pendatang belakangan  yang akhirnya membentuk tiga sub suku, yaitu Banjar Pahuluan, Banjar Baitung Banyu, dan Banjar Kuala. 

Dalam perkembangannya pada saat Islam memasuki Banjar terjadi transformasi religiositas dan kultur yang berlangsung secara menyeluruh dalam lingkup kawasan aliran sungai, dataran rendah dan pegunungan serta pantai sehingga transformasi lambat laun dialami komunitas antar etnis Melayu, Jawa, Manyan, Bukit, dan Lawangan yang secara amalgamasi mendapat sebutan baru sebagai ‘Urang Banjar’ atau ‘Etnis Banjar’ (Noor, 2016: 402-403).

Karena sungai menjadi tempat bagi urang Banjar untuk beraktivitas maka dikenallah budaya Banjar dengan kebudayaan sungai. Untuk permukiman dari warganya pun tidak jauh-jauh dari kawasan sungai dengan mengambil pola linear di sepanjang tepian sungai dan di setiap rumah pasti memiliki batang, yaitu sejenis rakit yang ditempatkan di sungai dan mempunyai fungsi sebagai tempat mandi, cuci, kakus. 

Selain itu, batang juga menjadi tempat untuk meletakan jukung. Biasanya permukiman masyarakat yang ada di kawasan sepanjang aliran sungai dihuni oleh komunitas dari masyarakat setempat yang berpopulasi dan menempati suatu kawasan yang dicirikan dengan identitas berdasarkan kekerabatan yang disebut juga dengan bubuhan. Contohnya saja seperti Orang Nagara, Orang Barito, Orang Alabio, Orang Amuntai, atau Bubuhan Sungai Jingah, Bubuhan Sungai Mesa, Bubuhan Alalak, dan masih banyak lagi.

Selain dijadikan sebagai kawasan untuk permukiman, sungai juga dijadikan sebagai penghubung antara daerah-daerah yang ada di pedalaman, tepian sungai, dan kawasan pesisir. 

Sungai juga menjadi sarana interaksi dengan keberagaman suku, agama, dan budaya dari Kalimantan Selatan. Interaksi-interaksi yang terjadi kemudian membentuk hubungan-hubungan yang bersifat politik, sosial-budaya, dan tentunya kegiatan ekonomi. 

Salah satu bentuk pemanfaatan sungai sebagai kegiatan ekonomi ditandai dengan adanya Pasar Terapung di Sungai Kuin, keberadaan dari Pasar Terapung ini merupakan hasil dari perilaku orang Banjar dalam mengatasi kebutuhan ekonomi yang dipadukan dengan dominasi transportasi perahu di sungai, hingga membentuk sebuah pusat interaksi jual beli.

Sungai bagi orang Banjar merupakan sebuah tempat yang penting untuk melangsungkan kebutuhan dan mempertahankan hidup mereka, semua aktivitas dan interaksi dari masyarakat selalu terhubung dengan sungai yang akhirnya berkembang dan menjadi ciri khas dan budaya  dari orang Banjar.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Menelusuri Kebudayaan Sungai Milik Urang Banjar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel